Pendahuluan
Pria dan wanita berbeda dalam banyak hal. Bentuk fisik mereka berbeda. Hormon dalam tubuh mereka berbeda. Bunyi suara mereka berbeda. Kesukaan mereka pun berbeda. Yang paling penting, cara mereka berkomunikasi pun ternyata juga berbeda. Masing-masing mereka memiliki motivasi, cara, konsep dan tujuan komunikasi yang berbeda.
Pertanyaan untuk suami
Pernahkah Anda menilai bahwa......
1. Istri Anda terlalu boros dalam berbicara (maksudnya, dia terlalu detil dalam
mendiskripsikan sesuatu, sehingga tampak berbelit-belit dan tidak tertuju pada pokok
masalah yang ada)?
2. Istri Anda terlalu cerewet (maksudnya, dia terlalu memusingkan hal-hal yang menurut
Anda sangat sepele dan tidak layak dibahas)?
3. Istri Anda memiliki rasa ingin tahu yang terlalu besar (maksudnya, dia suka menanyakan
hal-hal yang menurut Anda tidak terlalu berhubungan dengan dia)?
4. Istri Anda cenderung berkutat pada “mengapa suatu masalah bisa terjadi?” daripada
“apakah yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini?”.
5. Istri Anda sering terlalu bawel dalam arti suka mengungkit-ungkit masalah yang telah
berlalu)?
6. Istri Anda tampak kekanak-kanakan karena suka bermanja-manja dengan Anda?
7. Istri Anda terlalu kuatir tentang masa depan?
Pertanyaan untuk istri
Pernahkah Anda menilai bahwa......
1. Suami Anda terlalu cuek terhadap cerita-cerita Anda (maksudnya, dia kurang responsif
dan antusias ketika diajak berbicara)?
2. Suami Anda terlalu egois dalam berkata-kata (maksudnya, dia hanya berbicara kalau dia
memerlukan bantuan)?
3. Suami Anda terlalu menggampangkan masalah dan kurang memperhatikan perasaan
orang lain (termasuk Anda) ketika mencari suatu solusi? (maksudnya, dia sering berkata,
“ah, gitu aja bingung...” atau “kamu ini bagaimana to, masak gitu aja nggak bisa..”)?
4. Suami Anda lebih senang mengurusi hal-hal lain dibandingkan berbicara dengan Anda
selama berjam-jam?
5. Suami Anda tidak menyenangkan sebagai teman bicara karena dalam mendiskripsikan
suatu peristiwa dia tidak ekspresif, singkat dan tidak detil?
6. Suami Anda jarang membicarakan tentang pekerjaannya, apalagi masalah-masalah yang
dia alami di pekerjaan?
7. Suami Anda baru mau menceritakan masalah yang dia alami setelah keadaan menjadi
sangat buruk dan sulit diatasi lagi?
Semua perenungan di atas menggambarkan betapa wanita dan pria sangat berbeda dalam menghargai dan melakukan komunikasi. Seandainya keunikan masing-masing ini tidak
disadari, suami-istri akan terlibat dalam percekcokan yang seharusnya tidak perlu.
Apa saja perbedaan antara pria dan wanita?
Pria | Wanita |
Menuntut pengakuan dan penghargaan | Menuntut perhatian |
Mengutamakan efektivitas dan manfaat komunikasi. Tujuan komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu atau memecahkan suatu masalah | Mengutamakan kehangatan dalam dan melalui komunikasi. Tujuan komunikasi untuk membangun relasi, sehingga hal-hal yang sepele pun ikut dibicarakan |
Dalam memecahkan masalah, pria cenderung langsung ke inti masalah dan solusinya | Lebih dahulu mengupas masalah dan memberikan respon (emosional) detil terhadap masalah itu |
Cenderung menghemat kata-kata | Cenderung mendiskripsikan segala sesuatu dengan lengkap dan visual |
Menyembunyikan banyak hal, terutama yang dianggap tidak terlalu berhubungan dengan wanita, membuat wanita kuatir atau yang berpotensi menunjukkan kelemahan laki-laki | Ingin membicarakan segala sesuatu yang dialami, dirasakan dan dikuatirkan. |
Lebih banyak menggunakan rasio, kurang peka terhadap perasaan orang lain | Lebih banyak menggunakan perasaan, seringkali argumentasi yang diberikan kurang beralasan (hanya berdasarkan perasaan yang situasional) |
Cenderung mengotak-kotakan hidup atau masalah (compartmentalizing) | Cenderung melihat segala sesuatu sebagai sebuah kesatuan. Tidak heran, wanita lebih mampu mengurus banyak hal sekaligus daripada pria |
Lebih mudah melupakan banyak peristiwa yang bagi wanita merupakan peristiwa penting | Lebih pandai dalam mengingat suatu peristiwa, terutama peristiwa yang menyentuh aspek perasaan mereka |
Lebih siap mengambil resiko | Lebih banyak kuatir |
Kebutuhan: merasa dibutuhkan | Kebutuhan: merasa dilindungi |
Meminta pertolongan dianggap sebagai wujud kelemahan | Meminta pertolongan adalah hal yang wajar dan menyenangkan |
Ketika stres: melakukan banyak aktivitas & menyendiri | Ketika stres: memperbanyak relasi dengan orang lain |
Merasa lebih baik kalau bisa menyelesaikan masalah | Merasa lebih baik kalau bisa membicarakan masalah |
Spontanitas fisik | Spontanitas verbal |
Catatan: tabel di atas dikembangkan dari dua buku: David Clarke, Laki-laki Seperti Kerang, Wanita Seperti Linggis: Kiat Memahami Lawan Jenis untuk Mencapai Hubungan yang Berkualitas (Yogyakarta: Andi Offset, 2005) dan Bill & Pam Farrel, Laki-laki Seperti Wafer, Perempuan Seperti Bakmi: Kiat Mengenal Pasangan Sejak Dini (Yogyakarta: Andi Offset, 2003).
Alasan di balik perbedaan
Pertama, karena Allah sendiri yang merancang perbedaan pria-wanita. Kejadian 1:27 secara khusus menyatakan perbedaan antara pria-wanita, padahal ketika Allah menciptakan binatang-binatang di ayat 20-25, Alkitab tidak menyebutkan adanya perbedaan jenis kelamin binatang. Bukankah binatang juga memiliki jenis kelamin yang berbeda? Mengapa hanya perbedaan jenis kelamin manusia saja yang disebutkan?
Dari cara Musa melukiskan penciptaan manusia di Kejadian 1:26 terlihat bahwa perbedaan jenis kelamin antara pria-wanita adalah sesuatu yang unik. Perbedaan jenis kelamin binatang hanya berguna untuk berkembang biak. Perbedaan ini hanya dibatasi pada aspek fisik (biologis) saja. Hal ini berbeda dengan manusia. Perbedaan pria-wanita bukan hanya untuk “beranakcucu dan memenuhi bumi”, tetapi juga “menaklukkan bumi” (Kej 128). Penaklukkan bumi merupakan berkat sekaligus mandat dari Allah kepada manusia sebagai gambar dan rupa Allah. Allah adalah pemilik segala sesuatu (Mzm 89:12), tetapi tugas penguasaan itu diserahkan kepada manusia. Menariknya, tugas ini perlu dilakukan dalam keberbedaan antara pria-wanita.
Rancangan Allah atas perbedaan jenis kelamin pria-wanita juga bisa dilihat dari komentar Allah di Kejadian 2:18. Ia memandang kesendirian pria sebagai sesuatu yang tidak baik. Setelah itu Ia menjadikan penolong yang sepadan, yaitu seorang wanita (Kej 2:21-24). Kisah di atas menarik untuk disimak lebih lanjut. Kata Ibrani “penolong” (‘ezer) biasanya dipakai untuk Allah sebagai penolong umat-Nya (1Taw 12:18; 2Taw 14:10; 26:7, 13) atau untuk bangsa yang kuat sebagai penolong bangsa lain yang lebih lemah (Yes 30:7; 31:3; Yeh 30:8; 32:21). Jadi, kata “penolong” dalam konteks ini bukan sekedar pelengkap, pembantu atau ban
cadangan saja. Pria benar-benar membutuhkan wanita! Wanita memang kaum (skeuos, lit. “bejana”) yang lemah (1Pet 3:7), namun wanita CUKUP KUAT UNTUK MENJADIPENOLONG PRIA. Fakta bahwa Allah menciptakan wanita sebagai penolong Adam (bukan seorang pria) mengindikasikan bahwa wanita memiliki perbedaan tertentu dari pria yang menjadikan wanita mampu mengisi kelemahan pria, sehingga mereka menjadi pasangan yang sepadan. Perbedaan tersebut sedikit banyak juga berkaitan dengan cara pria atau wanita berkomunikasi.
Kedua, karena pola didikan dan situasi perkembangan semasa muda. Semua perbedaan yang telah dibahas pada bagian awal ternyata telah mempengaruhi konsep berpikir masyarakat secara signifikan. Pada gilirannya, konsep itu mempengaruhi pola pendidikan dan perlakuan terhadap pria-wanita. Pernahkah kita menasehati anak laki-laki kita seperti ini:
1. Hai, kamu terlalu cerewet untuk ukuran seorang laki-laki!
2. Kalau mau jadi laki-laki ya jangan cengeng!
3. Ayo lakukan sesuatu dengan cepat, kamu itu kan cowok?!
4. Tidak usah takut, laki-laki kok penakut?
Sebaliknya, pernahkah kita menasehati anak perempuan kita seperti ini:
1. Kamu itu terlalu banyak gerak seperti laki-laki!
2. Bukankah lebih baik kalau kamu main dengan boneka dan mengekspresikan suatu kisah
imajiner?
3. Kamu jangan terlalu berani seperti itu, nanti dikira laki-laki!
4. Kamu itu kalau mengerjakan sesuatu pasti tidak pernah teliti, kayak cowok saja!
Ada kalanya kita menjumpai diri kita atau orang lain tidak seperti yang digambarkan di atas? Apakah itu berarti bahwa mereka tidak normal? Mengapa seorang wanita seperti pria dan seorang pria seperti wanita? Alasannya adalah keadaan khusus yang memaksa seseorang lebih berperan seperti lawan jenis, misalnya anak laki-laki sulung yang diberi tugas menjaga dan merawat adik-adiknya yang masih kecil akan bertumbuh menjadi anak dengan cara berpikir yang saling berhubungan (seperti wanita). Alasan lain berhubungan dengan peristiwa tertentu di masa lalu yang traumatis, misalnya seorang anak perempuan yang pernah dimarahi orang atau dengan keras dan kasar bisa bertumbuh menjadi pribadi yang tidak mudah tersentuh perasaannya (seperti pria).
Cara meresponi perbedaan
Berikut ini adalah beberapa nasehat praktis yang perlu diperhatikan.
1. Ucapkanlah syukur kepada Allah yang telah merancang perbedaan pria-wanita. Tanpa menyadari adanya intervensi Allah di balik perbedaan itu, kita pasti sulit menerima perbedaan yang ada.
2. Bertanyalah pada pasangan Anda tentang hal-hal positif dan negatif Anda dalam berkomunikasi.
3. Mintalah maaf atas semua bentuk komunikasi yang buruk yang selama ini Anda telah lakukan dan mungkin tidak menyenangkan pasangan Anda.
4. Hargailah perbedaan-perbedaan yang ada. Terimalah hal-hal yang memang sudah menjadi ciri khas wanita atau pria dalam komunikasi dan berusahalah hidup menyesuaikan dengan ciri khas pasangan Anda. Contoh: seorang suami perlu lebih sering menelepon istri di rumah ketika dia bepergian supaya istri tidak kuatir. Begitu pula istri perlu menahan diri membicarakan hal-hal yang terlalu detil, kecuali istri dan suami benar-benar dalam keadaan yang santai dan banyak waktu untuk berbincang-bincang.
5. Jangan mencoba mengubah pasangan Anda dalam sekejap menjadi orang yang Anda ingini. Ingat, kita memiliki keunikan alamiah yang memang berbeda. Selain itu, pasangan kita sudah terbentuk selama bertahun-tahun dengan pola didikan tertentu yang semakin memantapkan keunikannya.
6. Menghargai perbedaan bukan berarti tidak mau berubah. Kita tetap perlu mengoptimalkan dan mengelola perbedaan yang ada. Ekses-ekses negatif yang muncul dari perbedaan itu harus dikikis. Ambillah komitmen untuk menjadi segala-galanya bagi orang lain demi Kristus (1Korintus 9:19-22). Sadarilah bahwa mengutamakan kepentingan orang lain adalah lebih bernilai daripada mencari kenyaman hidup sendiri (Flp 2:3-4). Ingat, Kristus sendiri telah memberi teladan pola hidup penghambaan.
7. Jadilah partner yang baik bagi pasangan Anda ketika dia mencoba untuk berubah sedikit demi sedikit. Sikap menyalahkan dan tidak percaya merupakan dua sikap yang harus dihindari pada saat melihat pasangan kita gagal berubah.
8. Terimalah perbedaan-perbedaan yang tetap ada. Allah mungkin menetapkan semuanya itu bagi Anda supaya Anda dan pasangan Anda menyadari betapa sulitnya menjalin hubungan yang berkualitas tanpa intervensi kuasa Allah yang supranatural. Roh Kuduslah yang mampu menghasilkan buah komunikasi yang baik, misalnya kasih, kesabaran, kelemahlembutan dan pengendalian diri (Gal 5:22-23).
GOD, GRANT SERENITY TO ACCEPT THE THINGS I CAN NOT CHANGE,
COURAGE TO CHANGE THE THINGS I CAN
What is the minimum wage in casino?
BalasHapusMinimum wage kbo 분석 is 벳 인포 스포츠 토토 분석 a tax rate at the casino. The minimum wage 에볼루션바카라작업 is a 꽁머니 토토 casino tax 장원도메인 rate rate that is collected by the casino. The minimum wage